Jumat, 09 Maret 2012

DIRIKOE ISTJIMEWA

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang guru yang sangat bijaksana. Dia membuka sekolah kehidupan bertempat di punggung gunung, yang di bawahnya terbentang persawahan dan perkampungan penduduk. Sekolah ini menarik, yakni mengajarkan bagaimana setiap orang ingin hidup lebih baik, menyediakan diri untuk menyepi sambil dibimbing oleh sang guru. Setelah dirasa cukup, setiap murid yang dipandang mampu oleh guru disuruh menyebarkan kebenaran-kebenaran tentang kehidupan.

Ada seorang murid yang dipandang pantas untuk segera menamatkan di sekolah kehidupan ini. Pemuda tersebut cerdas, memiliki komitmen, visi, dan integritas tinggi. Namun sayang sekali, dia mengalami kesulitan berbicara alias gagu. Ketika sang guru menawarkan kepadanya untuk segera "turun gunung" dalam rangka mewartakan kebenaran-kebenaran kehidupan, anak ini langsung mengelak. Dia merasa belum pantas dan masih terlalu muda. Bagaimana mungkin ia yang masih relative muda mampu memberitakan kebenaran kepada penduduk desa. Perasaan tidak mampu itu membuat dia tidak bisa melakukan apa-apa meskipun dia sebenarnya mampu untuk melakukakannya. 


Perasaan seperti itulah yang juga kerap kali di alami oleh kita. Kita sering kali terpenjara oleh suatu paradigma yang membuat kita tidak bisa melakukan yang sebenarnya bisa kita lakukan. Suatu sikap yang bahkan membuat kita melakukan suatu kecenderungan yaitu lari dari suatu tanggung jawab. Apakah itu diri kita sebenarnya? Untuk mengalahkan paradigma tersebut, yang pertama adalah kita harus mampu keluar dari zona yang membuat kita merasa enak dimana ada orang yang membantu kita atau banyak orang menyebutnya zona aman. Zona aman selalu membuat orang berfikir statis bukanlah dinamis. Orang yang berada di zona aman senantiasa tidak mau mengembangkan ide yang lebih karena merasa diri mereka sudah "safe".


Kedua adalah kita harus merasa yakin bahwa setiap diri kita akan mengalami "pengalaman pertama" saat melakukan sesuatu hal. Hal ini yang kadang kita lupakan bahwa semua memiliki sebuah "awal" dan akan di tutup dengan sebuah "akhir". Dengan menyadari hal ini kita akan sadar bahwa setiap manusia dalam melakukan suat hal pasti akan melalui proses apa yang kita sebut "belajar"


Proses belajar yang dimaksud sudah mulai tergerus maknanya pada era sekarang ini. Manusia cenderung berpikir bahwa mereka haruslah gagal, rusak, hancur, jatuh untuk bisa dibilang belajar. iya.. memang benar bahwa hal-hal itu masuk ke dalam proses belajar tetapi bukanlah berarti kita "HARUS" mengalami hal-hal tersebut untuk bisa disebut "BELAJAR". ada orang yg menjadi "PINTAR" dari proses belajar tanpa mengalami kegagalan, kejatuhan, kehancuran atau apapun itu namanya.

Terakhir adalah kita harus sadar bahwa setiap diri kita adalah "special". Tuhan menciptakan setiap diri kita dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk itu kita harus mampu mengilangkan rasa minder yang menghalangi potensi yng ada alam diri kita untuk berkembang. Tuhan Allah SWT mengatakan bahwa kita manusia tidak bisa menembus bumi dan langit kecali dengan kemampuan. Kemampuan disini adalah kemampuan kita dalam memahami potensi yang ada dalam diri yaitu dengan "ILMU". Kita harus memahami bahwa diri kita adalah luar biasa yang memiliki kemampuan berbeda dengan yang lain. Kita tidaklah sama dengan mereka, dan kita tidaklah beda dengan mereka, karena kita adalah manusia yang berfikir. 


"Dunia adalah komedi bagi mereka yang melakukannya, atau tragedi bagi mereka yang merasakan nya." (Horace Walpole)


Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah Yang Terbaik untukmu ! Dan karena itulah, Qalbu seorang pecinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya. – Jalaludin Rumi

Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain. – Michel De Montaigne

Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka. – Alexander Graham Bell 





holy moon of Ramadhan

Photobucket